BISMILLAH....

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, lebih besar derjatnya disisi Allah, dan mereka itulah orang mendapat kemenangan. "_(at-Taubah : 20)

Jumaat, 26 Ogos 2011

revolusikan nilai UKHUWAH,mahligai terindah..

Ikhsya ‘alaik...!! umpat Abid mendapati flashdisknya hilang. “Siapa yang mengambil flashdiskku!” ungkapnya dalam hati, “Pasti teman satu kamarku pelakunya, sial..sial...sial! mereka memang tak bisa dipercaya....!”.

Sepenggal demikian kisah diatas tentu pernah dialami oleh orang-orang disekitar kita ataupun kita alami sendiri. Kita akan merasa menjadi yang paling benar saat kita mengalami hal tersebut, tanpa melihat berbagai kemungkinan disekitar kita. Padahal bila kita berfikir, mungkin saja kita lupa meletakkan disuatu tempat atau mungkin masih dipinjam oleh salah satu teman kita. Itulah sebabnya?? mengapa kita harus selalu berusaha untuk berfikir positif, bayangkan bila kita selalu berfikir negatif, kita akan hidup penuh dengan kecurigaan terhadap orang-orang disekeliling kita. walhal kalam kita mengatakan cinta mereka..!!

Begitu indahnya bila kita memiliki hati yang bersih, fikiran yang positif, serta tindakan yang baik. Peribadi kita akan menilai diri ini penuh dengan rasa syukur. Apapun yang kita miliki dan terima dengan hati yang senang, semua itu hakikatnya akan dikembalikan lagi kepada Allah SWT.
Kerana Allah akan memberikan nikmat yang lebih banyak, bila hamba-Nya mahu bersyukur. Itulah janji Allah, yang tak akan pernah diingkari oleh-Nya. “La in syakartum La aziidannakum”(“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku (ALLAH) akan menambah rizkimu”)… QS. Ibrahim : 7

Dengan pikiran yang jernih, kita tidak terlalu banyak menuntut kepada orang lain untuk berbuat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi selalu lah memberi perhatian dan toleransi kepada orang lain dan berusahalah mengerti keadaannya.

Husnudzon atau berbaik sangka kepada siapapun adalah kunci kita bisa membangun hubungan baik dengan siapa saja. Berbeza dengan su’udzon yakni perbuatan yang harus dijauhi kerana jelas dilarang dalam syari’at. Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa tingkatan ukhuwah islamiyah yang paling rendah adalah husnudzon. Sedangkan yang tertinggi adalah ihtisar (mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri). Subhanallah bila kita semua bisa melakukannya dengan baik dan istiqomah.
Dengan begitu, sebuah ikatan persaudaraan se-muslim atau yang biasa akrab disebut dengan ukhuwah islamiyah, akan terjalin indah bila satu sama lain saling mengerti dan memahami. Tidak pernah terfikir dan terbesit perasaan dendam, iri, bahkan kesal dengan perilaku siapa saja. Jangankan dengki, iri saja pun tidak diperkenankan oleh Allah SWT.
Sekarang.....

Bagaimana kita bisa ihtisar kalau husnudzon saja terasa begitu sulit untuk dilakukan ?

Bagaimana pula kita bisa mengalah demi orang lain jika berbaik sangka saja rasanya begitu berat ?

Husnudzon terlihat seperti perkara yang mudah, namun ternyata payah untuk dilaksanakan. Lebih mudah bersu’udzon (berburuk sangka) dibanding berbaik sangka. Karena memang syaitan terus menghembuskan nafsu egoisme kita untuk melihat kesalahan orang lain, bagaikan melihat seekor gajah dipelupuk mata. Begitu sebaliknya, kebaikan orang lain bagaikan mencari semut hitam diatas batu hitam.
Contoh yang paling sering kita hadapi antara lain, ketika melihat ada orang lain yang perilakunya tidak kita sukai, maka kita secara tidak langsung berfikiran negatif bahwa orang itu memang mengada-ada, suka mencari perhatian, atau piktor (pikiran kotor) yang lainnya. Padahal bisa jadi dia melakukan itu kerana terpaksa atau bahkan memang tidak sengaja. Kita sebaiknya memikirkan beribu-ribu alasan terlebih dahulu untuk mendasari sikap ia berbuat seperti itu dan mencuba memahaminya.
Tapi yang sering kali kita lakukan malah ghibah atau gosip (membicarakan keburukannya pada orang lain) dan tidak mahu berusaha untuk memberi kesadaran kepada orang yang kita gosipkan tersebut, kalau kita hanya sekadar bergosip, maka orang itu tidak akan pernah tahu dan menyedari bahawa dirinya mungkin pernah berbuat salah.

Seperti dalam QS. Al Hujurat ayat 12 dijelaskan bahwa:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebahagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya …”

Masya Allah, begitu burukkah perumpamaan bagi orang yang suka menggunjing orang lain? Sehinggakan Allah mengibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Yah, itulah yang wajib kita renungkan, wahai saudara-saudara ku se-iman.
Terlepas dari seberapa besar dosa yang akan kita dapatkan, dengan selalu berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain, kemudian mempergunjingkannya kepada orang lain. Namun tetap saja perbuatan tersebut merupakan suatu yang sia-sia, sehingga akan membunuh diri kita sendiri. Kerana orang yang selalu berfikiran negatif, secara automatik tidak akan pernah puas dan tidak pernah suka melihat orang lain bahagia. Alhasil, hatinya akan selalu dipenuhi oleh noda-noda kebusukan untuk menghasut bahkan memfitnah saudarnya sendiri. Hidupnya juga tidak akan pernah tenang dan merasa aman, serta selalu sengsara dan menderita tekanan batin tingkat tinggi.

Oleh keranana ini, marilah kita mulai menata hati kita. Untuk selalu berfikir positif, mulailah dari sekarang untuk selalu berusaha berbaik sangka pada saudara-saudara kita. Dengan membiasakan berhusnudzon, maka aktivitas kita akan terasa ringan untuk dijalani. Kerana Allah akan selalu memberi jalan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha untuk terus memperbaiki kesalahan saudaranya dalam sebuah mahligai ukhuwah islamiyah untuk menjadi kuat dan kukuh.

Untuk membentuk sebuah mahligai ukhuwah islamiyah yang indah serta kukuh, memang perlu tadhiyah (pengorbanan) yang tinggi. Menjalin persaudaran itu membutuhkan tahapan sedikit demi sedikit. Mulai dari tahapan ta’aruf (pengenalan), tafahum (saling memahami), takliful qulub (ikatan hati), tafakul (toleransi),tadhiyah (saling berkorban), serta ta’awun (tolong-menolong)

Semua proses ini memerlukan kesabaran yang sangat tinggi, serta memerlukan tahapan sekaligus komitmen yang teguh. Hanya kepada Allah lah kita berusaha dan bertawakal.

Segera revolusi diri menuju keadaan yang lebih baik.

Berubahlah mulai hari ini karena Allah SWT semata.

p/s~ alhamdalah, usai nota ini membuihkan ketenangan dalam qalbuku ya Allah.. mohon petunjuk inayah dari MU agar sampai daku merasai izzahnya bahagia dalam sebuah MAHLIGAI UKHUWAH..
~ menyayangi antum akhwat fillah.

SALAM RAMADHAN KAREEM WA EID FITRI 1432H 2011....