BISMILLAH....

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, lebih besar derjatnya disisi Allah, dan mereka itulah orang mendapat kemenangan. "_(at-Taubah : 20)

Rabu, 28 Mac 2012

CINTAMU DUHAI SALMAN AL FARISI...

" duhai kekasih Allah, duhai pencinta Nabi,
Agungnya hatimu sang pendatang murni,
Membawa bingkisan hati ,
Sarat hajatnya,
Demi mngkhitbah mukminah cintamu...
Dikau muarakan pada saudara Abu Darda, tergalas dia pembawa khitbahmu,
Namun aturan Allah..
Penentu damba cinta darimu,
Buat Agung Rabbi..
Dalam tartil, dikau raikan cinta mukminah mu,
Pada pembawa khitbahmu..
Nian mahabbah itu, milik laki-laki seperti kau...
SALMAN AL FARISI...."

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Ansar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi solehah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilihan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sihat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga roh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempat tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupanya yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untukknya dalam khitbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada sahabat Ansar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda'.

"Subhanallah...wal hamdulillah..." girang Abu Darda' mendengarnya.
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang solehah lagi bertaqwa.

"Saya adalah Abu Darda', dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah saw, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar puteri anda untuk dipersuntingnya,", fasih Darda' dala loghat Bani Najjar yang paling murni.

"Adalah kehormatan bagi kami." ucap tuan rumah, "Menerima anda berdua, sahabt Rasulullah yang paling mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi, hak jawap ini sepenuhnya saya serahkan kepada puteri kami,"

Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

"Maafkan kami atas keterus-terangan ini" kata suara lembut itu. Ternyata sang ibi yang bicara mewakili puterinya.
" Tetapi kerana anda yang datang, maka denga mengharap redha Allah, saya menjawab bahawa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda' kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawapan mengiyakan."

Jelas sudah. Keterus-terangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya.! Itu mengejutkan dan ironis.
Tapi saya juga mengatakan indah kerana satu alasan, REAKSI SALMAN.

Bayangkan sebuah perasaan, di ana cinta dan persaudaraan bergelojak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesedaran, bahawa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.
Mari kita dengar ia bicara....

"Allahu Akbar!". seru Salman. " Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda', dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!"

Cinta tidak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesedarantinggi di tengah perasaan yang berkecamuk rumit, malu, sedih, kecewa, merasa salah memilih pengantar- untuk tidak mengatakan 'merasa dikhianati'- merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tidak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar dari kisah Salman. Tentang sebuah kesedaran yang kadangkala harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

" Bila datang seorang lelaki yang telah kamu redhai agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, kerana kalau engkau tidak mahu menikahkannya, nescaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang meluas."
(Riwayat Tirmidzi dan Ahmad)

p/s~ Allah Akbar!!






Tiada ulasan:

Catat Ulasan